- Pandangan hidup sebagai manusia secara pribadi
Orang sunda berpandangan bahwa manusia harus memiliki pandangan hidup
yang baik, dan harus senantiasa sadar bahwa dirinya hanyalah sebagian
kecil dari alam semesta. Sifat-sifat yang dianggap baik, antara lain,
harus sopan, sederhana, berani, jujur, dan teguh pendiriannya dalam
kebenaran dan keadilan, baik hati, bisa dipercaya, menghormati dan
menghargai oranglain, waspada, dapat mengendalikan diri, adil dan
berpikiran luas, serta mencintai tanah air dan bangsa. Untuk mempunyai
pandangan hidup yang baik, harus punya guru yang akan menuntunnya ke
jalan yang benar. Guru dihormati dalam masyarakat Sunda. Bahkan Tuha
Yang Maha Esa disebut Sang Hyang Tunggal. Dalam naskah Siksa Kanda ng Karesian dikatakan
bahwa orang dapat berguru kepada siapa saja. Dianjurkan agar bertanya
kepada orang yang ahli dalam bidangnya, teladani orang yang berkelakuan
baik, terimalah kritik dengan hati terbuka, dan ambillah manfaat dari
teguran dan manfaat oranglain.
- Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan masyarakat
Tujuan hidup yang dianggap baik oleh orang Sunda ialah hidup
sejahtera, hati tenang dan tenteram, mendapat kemuliaan, damai, merdeka
dan mencapai kesempurnaan di akhirat.
Sejahtera berarti hidup berkecukupan. Tenang dan tenteram berarti
bahagia. Mendapat kemuliaan berarti disegani dan dihormati banyak orang,
terhindar dari hidup hina, nista, dan tersesat. Hidup damai artinya
rukun, akrab dengan tetangga dan lingkungan. Orang merdeka artinya
terlepas dari ujian dan terbebas dari hidup tanpa tujuan. Dan
kesempurnaan akhirat adalah terhindar dari kemaksiatan dunia dan ancaman
neraka di akhirat.
Untuk mencapai tujuan hidup itu orang harus taat kepada ajaran-ajaran
karuhun, pesan orangtua dan warisan ajaran yang tercantum dalam
cerita-cerita pantun, dan yang berbentuk naskah seperti Siksa Kanda ng Karesian. Ajaran-ajaran
itu punya tiga fungsi : 1. Sebagai pedoman dalam menjalani hidup; 2.
Sebagai control sosial terhadap kehendak dan nafsu yang timbul pada diri
seseorang; 3. Sebagai pembentuk suasana dalam masyarakat tempat
seseorang lahir, tumbuh, dan dibesarkan yang secara tak sadar meresap ke
dalam air semua anggota masyarakat.
Semangat bekerja sama dalam masyarakat harus dipupuk dan
dikembangkan. Harus saling hormat dan bertatakrama, sopan dalam berkata,
sikap dan kelakuan. Harus saling menyayangi sesama anggota masyarakat.
- Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan alam
Orang Sunda beranggapan bahwa lingkungan alam memberikan manfaat yang
maksimal kepada manusia apabila dijaga kelestariannya, dirawat serta
dipelihara dengan baik dan digunakan hanya secukupnya saja. Kalau alam
digunakan secara berlebihan apalagi kalau tidak dirawat dan tidak dijaga
kelestariannya, maka akan timbul malapetaka dan kesengsaraan.
Dalam Siksa Kanda ng Karesian, misalnya, terdapat ungkapan,
“makan sekedar tidak lapar, minum sekedar tidak haus, berladang sekedar
cukup untuk makan, dll” yang berarti tidak boleh berlebihan. Orang Sunda
dianjurkan agar “siger tengah” atau “siniger tengah” yaitu tidak
kekurangan tetapi tidak berlebihan. Sama sekali bukan untuk kemewahan
melainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian,
tidak menguras atau memeras alam secara berlebihan, sehingga terjaga
kelestariannya.
- Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan Tuhan
Sejak pra-Islam, orang Sunda percaya bahwa adanya Tuhan dan percaya
bahwa Tuhan itu Esa. Meskipun pernah memeluk agama Hindu, namun
dewa-dewa Hindu ditempatkan di bahwa Hyang Tunggal, Guriang Tunggal,
atau Batara Tunggal. Tuhan Maha Mengetahui, mengetahui apa yang
diperbuat makhluk-Nya, karena itu manusia wajib mengabdi dan berbakti
kepada Tuhan. Tuhan disebut juga Nu Murbeng Alam (Yang Menguasai Alam),
Nu Mahawisesa (Yang Maha Kuasa), Nu Maha Asih (Maha Pengasih), Gusti
Hyang Widi (Yang Maha Menentukan), Nu Maha Suci (Yang Maha Suci), dan
lain-lain. Tuhan menghidupi makhluk-Nya, memberi kesehatan, memberi
rizki, dan mematikannya pada waktunya.
- Pandangan hidup tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan batiniah
Orang Sunda menghindari persaingan, lebih mengutamakan kerjasama
menuju kepentingan bersama. Lebih menghargai musyawarah. Bekerja keras
dan tidak mudah menyerah. Lebih menghargai mutu hasil kerja dari pada
kecepatan menyelesaikannya. Tidak menunda pekerjaan yang belum selesai,
apalagi menyerahkannya kepada orang yang bukan ahlinya. Mau mengerjakan
yang baik, meskipun pekerjaannya kasar. Kesehatan dipelihara, makan
cukup, pakaian bersih dan pantas, punya kedudukan, punya harta kekayaan.
Tidak buru-buru menerima yang baru, yang belum tentu baik dan tidak
meninggalkan yang berharga warisan nenek moyang. Memperlihatkan rasa
tanggung jawab, tidak boros, selalu mengukur keinginan dan keperluan
dengan penghasilan, dan selalu hidup sederhana. Kreatif mencari lapangan
kerja sendiri dan percaya pada kekuatan sendiri, menyesuaikan diri
dengan lingkungan, dengan perkembangan zaman dan dengan kebiasaan yang
berlaku ditempat hidupnya. Berusaha mencapai hari depan yang lebih baik.
Mempelajari ilmu sampai mendasar sehingga dapat diamalkan.